Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Menurut buku Telaga Cinta Rasulullah karya Fuad Bawazir, ada 12 peristiwa yang menyertai kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Pada malam tanggal pertama Rabi'ul Awwal, Aminah merasa tenang dan damai karena mendapatkan kedamaian dan ketenteraman dari Allah SWT.
Malam kedua, Aminah menerima kabar dari Allah SWT bahwa ia akan segera memperoleh anugerah yang besar dan mulia.
Malam ketiga, Aminah kembali menerima pesan dari Allah SWT bahwa ia sebentar lagi akan melahirkan nabi paling agung dan mulia.
Malam keempat, suara zikir malaikat terdengar jelas hingga ke telinga Aminah.
Malam kelima, Aminah bermimpi bertemu Nabi Ibrahim AS yang memintanya untuk bergembira karena akan melahirkan seorang nabi yang mulia.
Malam keenam, Aminah melihat cahaya memenuhi sudut-sudut alam semesta, hingga tidak ada kegelapan.
Pada malam ketujuh, Aminah melihat malaikat datang berbondong-bondong ke rumahnya, membawa kabar gembira bahwa kelahiran Rasulullah SAW sudah semakin dekat.
Malam kedelapan, Aminah mendengar seruan kepada seluruh penghuni alam untuk berbagi, karena kelahiran Rasulullah SAW sudah semakin dekat.
Di malam kesembilan, Aminah merasakan ketenangan dan kedamaian, sehingga tidak merasa sedih sedikit pun.
Malam kesepuluh, Aminah melihat tanah Mina dan Khaif bergembira menyambut kelahiran Muhammad SAW.
Malam kesebelas, Aminah melihat seluruh penghuni langit begitu senang menyambut detik-detik kelahiran sang Rasul.
Malam keduabelas, Aminah yang sendirian di rumah awalnya menangis tersedu-sedu, tetapi kemudian melihat langit begitu cerah. Sementara itu, Abdul Muthalib, kakek Rasulullah SAW, sedang bermunajat di Ka'bah.
Semua nabi-nabi yang hadir dalam mimpi Aminah berpesan bahwa ketika Rasulullah SAW lahir, namai anak itu dengan nama "Muhammad" yang artinya 'Terpuji'.
Peristiwa-peristiwa setelah Fathu Mekah
Sementara belum 15 hari Nabi saw tinggal di Mekah sebagian besar dari kelompok kabilah jazirah Arab yang belum menjadi muslim telah bersatu untuk menentang beliau. Nabi saw dengan laskar pasukan besar dari kaum muslimin keluar dari Makah dan ketika mereka sampai ke sebuah tempat bernama Hunain, para musuh yang telah bersembunyi mengindap di lembah-lembah sekitar kota, mulai memanahi para pasukan. Hujan panah yang begitu dahsyat membuat para pasukan Islam mundur, sebagian kecil dari mereka menetap tinggal, namun akhirnya mereka juga lari kembali dan kemudian menyerang pasukan musuh dan mereka mengalahkannya.[73]
Perang Tabuk adalah salah satu peristiwa yang terjadi pada tahun ke-10 H. Berita sampai kepada Rasulullah bahwa kaum Romawi telah menyiapkan pasukan yang cukup besar di sebuah tempat bernama Balqa dan ingin menyerang kaum muslimin. Musim panas yang begitu sulit menyengat dan merupakan masa matangnya buah-buahan dan kebanyakan dari masyarakat ingin tinggal beristirahat di rumah mereka masing-masing. Dan pada Baitul Mal juga tidak terlihat adanya kekayaan. Nabi seperti biasa tidak pernah menentukan tujuan ketika mengirim laskar pasukan, namun pada perang Tabuk ini, karena kekhawatiran dan kesulitan yang mungkin terjadi, beliau mengumumkan bahwa kita akan pergi berperang melawan kaum Romawi. Sebagian kelompok mengatakan bahwa: Sekarang ini musim panas dan jangan pergi pada musim ini! Kelompok ini adalah kelompok orang-orang yang dikecam oleh ayat Alquran. Allah swt berfirman:
Para ahli sejarah menulis bahwa pasukan Islam dalam peperangan ini mencapai tiga puluh ribu orang. [75] Dan ini adalah paling tingginya angka pasukan laskar dalam peperangan Islam yang diikuti Rasulullah saw, bahkan paling tingginya angka pasukan yang terkumpul di tanah Arab hingga hari itu. Pada pengiriman pasukan laskar pada kali ini Nabi menetapkan Ali bin Abi Thalib untuk tinggal di Madinah untuk mengurusi segala keperluan rumah tangga beliau. Orang-orang munafik berkata, dia tidak ingin dalam perjalanan ini Imam Ali ikut bersamanya karena itu, Ali as mengadu kepada Nabi tentang hal ini, lantas beliau bersabda: "Aku telah menjadikanmu sebagai khalifahku bahwasannya engkau bagiku bagaikan Harun bagi Musa, hanya saja setelahku tidak ada Nabi." Laskar pasukan sangat letih dan lelah kehausan dan ketika mereka sampai ke Tabuk ternyata berita bahwa orang-orang Romawi telah siap untuk menyerang tidaklah benar.
Perang Tabuk adalah perang terakhir kaum muslimin dengan kaum non muslim dalam kehidupan Rasulullah. Sejak saat ini seluruh jazirah Arab menyerah. Setelah perang inilah setiap kabilah datang ke hadapan Rasulullah dan mengirim perwakilan mereka untuk menyatakan kepatuhan kabilah mereka dan menerima Islam sebagai keyakinan mereka. Dan bisa dikatakan kira-kira seluruh kabilah secara umum telah menjadi muslim. Berdasarkan inilah tahun ini dinamakan 'Amul Wufud(Wufud kata jamak dari "wafd" yang berarti sekelompok perwakilan atau para tamu).[76]
Setelah perang Tabuk, Islam di seluruh jazirah Arab semakin maju berkembang. Sejak saat itu, senantiasa berbagai delegasi dari para kabilah datang ke Madinah dan memeluk agama Islam. Dalam prakteknya, Nabi saw selama berada di tahun ke-10 yang telah disebut sebagai "Amul Wufud" ini, beliau selalu berada di Madinah dan menerima delegasi para kabilah.[77] Begitu juga di tahun ini Nabi saw mengadakan perundingan bersama orang-orang Kristen Najran,[78] pergi menunaikan ibadah haji dan di perjalanan pulang Nabi mengumunkan bahwa Ali bin Abi Thalib as sebagai pengganti dan pemimpin kaum muslimin setelahnya di sebuah tempat bernama Ghadir Khum.[79]
Di tahun ke-9 H, Nabi Muhammad saw bersamaan dengan korespondensinya dengan para kepala pemerintahan dunia, menulis surat kepada uskup Najran dan meminta para warga Najran untuk menerima Islam. Para pengikut Kristen memutuskan untuk mengirim tim ke kota Madinah untuk berbicara dengan Nabi dan menganalisa ucapan dan perkataannya.
Dewan utusan delegasi bertemu dengan Nabi di Masjid Madinah. Setelah kedua belah pihak bersikeras melegitimasi keyakinan dan kebenaran mereka, masalah berakhir dengan sebuah keputusan bahwa mereka di penghujung saling mengutuk (Mubahalah), dan diputuskan bahwa hari berikutnya, semua harus bersiap-siap pergi ke luar kota Madinah, di kisaran tepian gurun pasir supaya melakukan Mubahalah. (saling mengutuk)
Dini harinya, Nabi saw datang ke rumah Imam Ali as. Dia memegang tangan Imam Hasan as dan memeluk Imam Husain as, dan pergi keluar dari Madinah bersama-sama dengan Imam Ali as dan Sayidah Fatimah sa untuk bermubahalah. Karena orang Kristen melihat mereka, mereka menolak untuk melakukan mubahalah dan menuntut untuk melakukan rekonsiliasi.[80]
BIODATA RASULULLAH SAW, JUNJUNGAN BESAR NABI MUHAMMAD SAW
USIA 9 TAHUN (Setengah riwayat mengatakan pada usia 12 tahun).
RINGKASAN BIODATA RASULULLAH SAW (INFOGRAFIK JAKIM)
Perjalanan Pertama Nabi Muhammad SAW
Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 13 tahun, beliau diperbolehkan ikut pamannya pergi berdagang. Berangkatlah keduanya pergi ke Negeri Syam.
Di tengah perjalanan, mereka singgah di sebuah dusun kecil. Di sana mereka bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Buharia yang berkata, "Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan yang tinggi, maka segeralah pulang dan jagalah ia dari gangguan orang-orang Yahudi."
Lantas karena mendengar perkataan dari pendeta tersebut, Abu Thalib pun segera membawa Nabi Muhammad SAW kembali ke Makkah.
Sumber-sumber Riwayat dari Nabi saw
Menurut akidah orang-orang Syiah, prinsip pertama adalah riwayat-riwayat para imam dari sisi kehujahannya sama dengan riwayat-riwayat Nabi yang mulia saw dan harus berpegang teguh dengannya, dan dari sisi ini tidak ada perbedaan di antara riwayat-riwayat tersebut. Oleh karena itu, Kutub al-Arba'ah (empat kitab seperti Usul al-Kāfi, al-Tahdzib, Man Lā Yahduruhu al-Faqῑh dan al-Istibshār) sebagai sumber dasar hadis-hadis Syiah, mencegah adanya pemilahan antara sabda-sabda Nabi saw dan para imam as, dan dalam berbagai tema telah dinukil riwayat-riwayat yang bermacam-macam dari mereka.
Meski demikian, masih ada sumber-sumber yang mengumpulkan kumpulan hadis dari sabda-sabda Rasulullah atau mengkhususkan sebuah bab terpisah untuk hadis-hadis nabi saw. Di antara sumber-sumber tersebut yang dapat disebutkan di sini adalah:
Biodata Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad SAW adalah putra dari Abdullah dan Aminah. Beliau memiliki kakek bernama Abdul Muthalib yang merupakan sosok terhormat di Makkah.
M Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Membaca Sirah Nabi Muhammad: Dalam Sorotan Al-Quran dan Hadis-Hadis Shahih menjelaskan, Abdul Muthalib lahir pada 497 M. Ia merupakan tokoh sentral kedua dalam sejarah masyarakat Arab di masa Jahiliyah dan masa awal Islam.
Abdul Muthalib adalah putra dari Hasyim, Putra Abd. Manaf.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdul Muthalib memiliki beberapa istri, salah satunya yakni Fathimah binti Amr bin Adiz yang melahirkan tujuh orang anak yang bernama Abdullah, Abdu Manaf (Abu Thalib), Baidha, Umaimah, Barrah, Atikah, dan Arwa. Fathimah binti Amr bin Adiz ini tak lain adalah nenek Nabi Muhammad SAW.
Tidak banyak catatan yang menceritakan riwayat masa muda Abdul Muthalib. Namun, beberapa sumber menyatakan bahwa ia adalah seseorang yang berbudi pekerti luhur dan menjauhi keburukan-keburukan di masa Jahiliyah seperti perzinahan serta kekerasan.
Abdul Muthalib adalah orang yang sangat berpengaruh di kalangan bangsa Quraisy. Ia merupakan orang tertua di kalangan Quraisy. Masyarakat begitu menghormatinya.
Ketika ada suatu permasalahan, maka Abdul Muthalib yang akan dimintai pendapatnya. Kakek Nabi Muhammad SAW adalah kepala bagi seluruh kota Makkah.
Di bawah kepemimpinan Abdul Muthalib, perdagangan dan ekonomi suku Quraisy dan penduduk Makkah mencapai puncak kesuksesan.
Dalam buku Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW oleh Yoli Hemdi, Abdul Muthalib digambarkan sebagai sosok yang memiliki perawakan sedang, berkulit bersih, tampan, berwibawa, berbicara halus dan sosok yang berani mengambil resiko.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Menurut buku Washaaya wa 'Izhaat Qiilat fi Aakhiril-Hayaat karya Zuhair Mahmud al-Humawi yang diterjemahkan Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Nabi Muhammad SAW terjadi pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 H. Kala itu, Rasulullah SAW berusia 63 tahun lebih 4 hari.
Biografi Nabi Muhammad SAW sejak lahir hingga wafat sarat dengan hikmah. Kelahiran beliau hingga diutus menjadi Nabi merupakan rahmat bagi alam semesta. Foto/SINDOnews
صلى الله عليه وسلم (shollallohu 'alaihi wasallam) dari lahir hingga wafat lengkap silsilahnya penting untuk diketahui umat Islam. Sungguh tidak ada manusia yang dalam dirinya tersimpan kesempurnaan kecuali ada pada diri Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam.
Hari ini 12 Rabiul Awal 1444 Hijriyah bertepatan Sabtu (8/10/2022) kita diingatkan dengan kelahiran sosok manusia agung nan terpuji, rahmat untuk semesta alam.
lahir di Mekkah pada malam yang tenang, Senin 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (570 Masehi). Sebuah peristiwa agung yang disertai dengan banyak peristiwa ajaib.
Beliau lahir pada tahun Gajah dan wafat di Madinah pada Tahun 632 Masehi pada usia 63 tahun. Ayah beliau bernama Abdullah bin Abdul Muththalib dan Ibu beliau adalah Sayyidah Aminah binti Wahab. Terlahir dari suku Quraisy, suku terhormat bangsa Arab dan kabilah paling mulia di dunia.
Secara bahasa, Muhammad berarti "yang terpuji". Muhammad
menjadi yatim sejak masih dalam kandungan ibunya. Meski terlahir yatim, Allah Ta'ala memberinya pengasuhan dan pendidikan terbaik.
Ketika bersia 2-4 tahun, beliau ﷺ dididik secara fisik, mental dan kefasihan bahasanya di perkampungan Bani Sa'diyah. Ketika berusia 6 tahun, sang ibunda tercinta wafat. Jadilah beliau yatim piatu dalam usia yang masih muda sekali. Kemudian Nabi Muhammad ﷺ diasuh oleh sang kakek yang amat mencintainya, Abdul Muttalib bin Hasyim.
Saat Rasulullah berusia sekitar 8 tahun, Abdul Muttalib pun wafat. Akhirnya pengasuhan beliau diserahkan kepada sang paman, Abu Thalib bin Abdul Muttalib. Dalam asuhan keluarga sang paman, Rasulullah tumbuh merasakan banyak kebahagiaan. Ketika kecil, Rasulullah ﷺ bekerja sebagai penggembala kambing dan ikut berdagang bersama sang paman ke negeri Syam yang jauh.
menikah pada usia 25 tahun dengan perempuan mulia Sayyidah Khadijah binti Khuwailid (40 tahun). Ketika Rasulullah berumur 40 tahun, beliau menerima wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril ketika berada di Gua Hira. Tiga tahun setelah kejadian itu, Nabi Muhammad ﷺ berdakwah secara terbuka kepada penduduk Mekkah dengan mengatakan "Tuhan itu Esa" dan menebarkan ajaran Islam.
Rasulullah ﷺ menyuruh pengikutnya untuk hijrah ke Habsyah pada 614 M sebelum baginda dan pengikutnya lain berhijrah ke Madinah (dulu dikenali sebagai Yathrib) pada tahun 622 M. Peristiwa Hijrah Rasulullah itu menandakan permulaan bagi kalendar Islam atau takwim Hijrah. Di Madinah, Rasulullah ﷺ menyatukan semua suku kaum di bawah Piagam Madinah. Setelah bersengketa dengan penduduk Makkah selama 8 tahun, Beliau ﷺ membawa 10.000 pasukan ke Maekah serta membukanya. Rasulullah ﷺ dan pengikutnya memusnahkan patung berhala yang terdapat di Mekkah.
Pada tahun 632 Masehi, beberapa bulan selepas peristiwa Haji Wada atau Haji Perpisahan,
berpulang ke rahmat Allah. Ketika wafatnya, hampir seluruh semenanjung Arab berada di bawah naungan Islam dan bersatu dengan tatanegara Islam.
Lahir: Mekkah, Senin 12 Rabiul Awal 570 M (53 Sebelum Hijriah) atau Tahun Gajah.
Wafat: Madinah, 12 Rabiul Awal Tahun 11 Hijriyah (8 Juni 633 M) pada usia 63 Tahun dan dimakamkan di Rumah Aisyah yang saat ini menjadi bagian dari Kompleks Masjid Nabawi Madinah.
Nabiyut Taubah Nabiyur Rahmah
Mubasysyiran (Pemberi kabar gembira)
Nadzir (Pemberi peringatan)
Da'i (Penyeru kepada Allah)
Gelar Shalallahu alaihi wa Salam
Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Ismail bin Ibrahim.
Aminah binti Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab.
1. Khadijah binti Khuwailid [555 M]
2. Saudah binti Zam'ah [? - 54 H]
3. Aisyah binti Abu Bakar [614 M/ - 58 H]
4. Hafshah binti Umar [607 M/- 45 H],
5. Zainab binti Khuzaimah [597 M/ - 4 H]
6. Ummu Salamah [597 M]
7. Juwairiyah Binti Al Harits [609 M/50 H]
8. Zainab binti Jahsy [590 M/- 20 H]
9. Ummu Habibah [592 M/- 44 H]
10. Maymunah binti Harits [604 M/63 H]
11. Shafiyah binti Huyay [612 M/ - masa kekhalifahan Mu'awiyah]
12. Mariyah Al-Qibthiyah (Hamba sahaya Rasulullah SAW sebagai hadiah dari Raja Muqauqis, penguasa Mesir)
1. Halah bin Abu Halah (anak tiri Khadijah dari suami pertama)
2. Hindun bin Abu Halah
3. Zainab binti Abu Halah
1. Abdullah bin Abdul Muththalib
3. Harits bin Abdul Izzi
1. Aminah binti Wahab
4. Halimah As Saadiyah
5. Judzamah binti Harits
6. Fatimah binti Asad
3. Halimah As Saadiyah
Masruuh, Hamzah, Abu Salamah bin Abdul al Asad al Makhzumi, Kabsyah bin Harits bin Abdul Izzi, Abdullah bin Harits bin Abdul Izzi, Anisah binti Harits bin Abdul Izzi, Hudzafah binti Harits bin Abdul Izzi, Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthalib, Hamzah
Biodata Rasulullah, Junjungan Besar Nabi Muhammad SAW – JAKIM
Pada tanggal 12 Rabiulawal setiap tahun, umat Islam seluruh dunia memperingati kelahiran Rasullah SAW yang telah berjuang dan berkorban menyebarkan ajaran Islam kepada umat manusia yang ketika itu hidup dalam kegelapan.
Sambutan Maulidur Rasul juga menzahirkan rasa kasih sayang kita kepada Rasullah SAW dengan amalan ibadah berselawat seperti Firman Allah SWT :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.—Surah Al-Ahzab ayat 56
Sabda Rasulullah SAW:
Sesiapa yang menghidupkan sunnahku, maka sesungguhnya dia telah mencintai aku. Dan sesiapa yang mencintai aku nescaya dia bersama-samaku di dalam syurga.—Riwayat Al-Sajary daripada Anas
Nabi Muhammad SAW adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman.
Baginda adalah semulia-mulia insan di dunia.
Salam dan selawat keatas junjungan Nabi Muhammad SAW
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍٍ، وَعَلَى آلِهِ مُحَمَّدٍٍ
Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluargannya.
Ayuh, kita kenali sejarah dan kronologi hidup Rasulullah SAW dengan membaca biodata baginda di bawah ini.
Sabda Rasulullah SAW:
“Sesiapa yang menghidupkan sunnahku, maka sesungguhnya dia telah mencintai aku. Dan sesiapa yang mencintai aku nescaya dia bersama-samaku di dalam syurga.”
(Riwayat Al-Sajary daripada Anas )
Haji Terakhir Nabi saw dan Ghadir Khum
Nabi di bulan Dzulkaidah tahun ke-10 h telah berencana untuk melaksanakan haji terakhirnya. Dalam perjalanan inilah Rasulullah mengajarkan hukum-hukum haji kepada masyarakat. Sebelum Islam, Quraisy membuat beberapa keistimewaan untuk diri mereka sendiri. Selain mereka menjadi juru kunci Kakbah, pembuat tirai Kakbah, penerima tamu dan pemberi minum para jemaah haji, mereka juga membedakan diri mereka dari kabilah-kabilah lain dalam tata cara ziarah ke Baitullah. Dalam perjalanan ini Rasulullah menghapus apa yang dianggap istimewa oleh Quraisy untuk diri mereka dalam berziarah ke Baitullah sementara orang lain mereka halangi dari keistimewaan tersebut. Salah satu dari keistimewaan-keistimewaan tersebut adalah di masa jahiliyah masyarakat beranggapan bahwa tawaf harus dengan kain suci dan kain itu bisa suci jika diambil dari Quraisy. Jika Quraisy tidak memberikan kain tawaf tersebut, dia harus tawaf secara telanjang. Keistimewaan lainnya adalah bahwa Quraisy tidak seperti jemaah-jemaah haji yang ada yang memulai amalan hajinya dari padang Arafah akan tetapi mereka memulai amalan hajinya dari Muzdalifah dan ini merupakan suatu kebanggaan bagi mereka. Alquran menghapus keistimewaan ini dengan ayat:
Dan masyarakat melihat Muhammad saw memulai hajinya dari Arafah sebagaimana masyarakat yang ada, padahal beliau termasuk dari Quraisy. Dalam perjalanan haji ini pula beliau berkata: Wahai masyarakat, aku tidak tahu apakah dapat melihat tahun mendatang atau tidak. Wahai masyarakat, setiap darah yang tertumpah di masa jahiliyah telah aku lupakan. Harta dan darah kalian telah diharamkan satu dengan yang lainnya, hingga kalian bertemu dengan Tuhan kalian.
Pertempuran dengan Kaum Yahudi
Pertempuran pertama dengan kaum Yahudi terjadi beberapa pekan setelah terjadinya perang Badar dan kemenangan besar kaum muslimin. Kaum Yahudi Bani Qainuqa' bertinggal di sebuah benteng di luar kota Madinah dan mereka sibuk dengan pekerjaan mereka berpandai emas dan besi. Para ahli sejarah menulis bahwa suatu hari seorang perempuan arab pergi ke pasar dan menjual barang-barangnya di pasar Bani Qainuqa' dan duduk di depan pintu toko pandai emas, salah seorang Yahudi mengikat pakaiannya pada salah satu yang ada dibelakangnya, lalu perempuan itu berdiri kemudian sebagian pakaiannya tersangkut dengan bagian yang terikat dan orang-orang Yahudi menertertawakannya. Kemudian perempuan itu berteriak memanggil kaum muslimin dan meminta pertolongan mereka.
Lalu perseteruan sengitpun meluap, seorang muslim menolong perempuan itu dan seorang Yahudi itu dibunuhnya. Kaum Yahudi mengamuk dan membunuh seorang muslim tadi kemudian fitnahpun memanas kebencian menyulut. Setelah kejadian ini, Nabi saw menakut-nakuti kaum Yahudi atas akibat perbuatan orang-orang Quraisy dengan apa yang mereka lakukan dan mengecam kepada mereka jika kalian masih mau tinggal di sini maka mereka harus menyerah. Bani Qainuqa' berkata: Kau jangan tertipu dengan kekalahan penduduk Mekah, mereka bukan pemuda-pemuda ahli perang. Jika kami berperang denganmu, maka akan kami tunjukkan padamu siapa kami dan apa yang dapat kami perbuat kepadamu. Kemudian Allah menurunkan ayat yang berkenaan dengan hal ini:
Nabi terpaksa mengepung dan mengurung mereka, dan pengepungan mereka berlangsung selama 15 hari, siang dan malam. Ketika mereka menyerahkan diri, Abdullah bin Ubay memohon-mohon supaya Nabi membiarkan mereka hidup dan tidak membunuh mereka, dan mengasingkan mereka ke kota Syam. Pengepungan sekelompok dari kaum Yahudi ini terjadi di bulan Syawal pada tahun kedua hijrah.[57]
Tahun ke-3 H, para Quraisy meminta bantuan kepada para sekutunya untuk bersatu menentang kaum muslimin dan dengan pasukan yang bersenjatakan lengkap bergerak berjalan menuju Madinah dengan dipimpin oleh Abu Sufyan. Mulanya Nabi saw ingin menetap di Madinah, namun pada akhirnya, beliau merencanakannya di luar kota untuk menghadapi pasukkan musuh yang datang dari Mekah. Di sebuah tempat dekat gunung Uhud, kedua pasukan berhadap-hadapan satu dengan yang lainnya dan meskipun pada mulanya kemenangan berada di pihak kaum muslimin namun dengan strategi yang digunakan oleh Khalid bin Walid dengan mengambil kesempatan dari kelalaian kelompok kaum muslimin, kaum musyrikin menyerang dari belakang dan mulai sibuk membunuh dan menghabisi kaum muslimin. Dalam peperangan ini Sayidina Hamzah paman Nabi saw syahid dan Nabi sendiri terluka dan isu terbunuhnya Nabi juga membuat semangat perang kaum muslimin menjadi lemah. Kaum muslimin sedih dan kembali ke kota Madinah dan beberapa ayat Alquran mengenai peristiwa ini turun, yang isinya mencakup belasungkawa kepada kaum muslimin.
Hijrah Kaum Muslimin ke Habasyah
Dengan semakin bertambahnya jumlah kaum muslimin, permusuhan dan pertentangan kaum Quraisy kepada Muhammad saw pun semakin tajam. Namun Muhammad berada dalam lindungan Abu Thalib dan karena adanya perjanjian diantara suku-suku, maka mereka tidak mampu mencelakai Nabi secara fisik. Akan tetapi mereka tak sedikit pun eggan menindas dan menyakiti para pengikutnya terutama mereka yang tidak memiliki pelindung. Penindasan yang dilakukan terhadap orang-orang yang baru masuk Islam bagi Nabi adalah hal yang sangat menyakitkan hatinya dan membuatnya berduka cita. Dengan terpaksa akhirnya Nabi menyuruh mereka untuk berhijrah ke negeri Habasyah seraya berkata kepada mereka: "Di negeri sana ada seorang raja yang tidak pernah menganiaya dan menindas seorangpun, pergilah kalian ke sana dan tinggallah di sana sampai Allah swt membebaskan kalian dari musibah ini."
Ketika kaum Quraisy mengetahui bahwa orang-orang yang baru masuk Islam ini ingin pergi berhijrah ke Habasyah, mereka mengirim Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah menghadap Najasyi raja Habasyah supaya mengembalikan orang-orang yang akan berhijrah ke negerinya itu. Najasyi setelah mendengar omongan perwakilan Quraisy dan jawaban kaum muslimin, ia menolak untuk menyerahkan orang-orang muslim tersebut kepada perwakilan Quraisy. Dengan demikian, perwakilan Quraisy kembali ke Mekah dengan tangan hampa. [33]
Akhir hayat R.A. Kartini
Sejak menikah, R.A. Kartini pindah ke Rembang dan mengemban tugas sebagai seorang istri, dan guru sekaligus.
Aktifitas keseharian R.A. Kartini mulai terhambat setelah mengandung anak pertamanya. Kondisi fisiknya mulai menurun sehingga beberapa kali menderita sakit.
Pada 7 September 1903 R.A. Kartini sempat menulis surat kepada Nyonya Abendanon yang sudah mengirimkan hadiah untuk bayinya nanti dan menceritakan kondisinya.
Pada 13 September 1903 R.A. Kartini melahirkan seorang anak laki-laki dengan selamat yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat.
Setelah melahirkan kondisi R.A. Kartini nampak sehat dan berseri-seri. Namun pada 17 September 1903 Kartini wafat dalam usia yang masih sangat muda 25 tahun.
Kematian R.A. Kartini sangat mengguncang pikiran suaminya, R.M. Djojo Adiningrat. Kepada Nyonya Abendanon beliau juga menulis sebuah surat yang menceritakan kematian isterinya.
Itulah sejarah R.A. Kartini lengkap, mulai dari beliau lahir hingga wafat di usianya yang masih muda, tetapi sudah banyak berjuang untuk keberlangsungan generasi bangsa.
Nabi Muhammad SAW adalah keturunan bani Hasyim dari suku Quraisy. Menurut sejumlah Sirah Nabawiyah, nama Nabi Muhammad SAW berasal dari kakeknya, Abdul Muthalib.
Nama "Muhammad", sendiri berarti orang yang terpuji. Pada saat itu nama tersebut belum pernah dipakai oleh orang-orang Arab pada masa pra-Islam.
Nabi Muhammad SAW mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizhar bin Ma'ad bin Adnan dan selanjutnya hingga bertemu garis keturunan dari Nabi Ismail AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut disebutkan dalam buku Hidup bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam karya Daeng Naja.
Sementara itu, merujuk dari buku Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XII M) karya Faisal Ismail, pilihan nama Muhammad yang diberikan oleh Abdul Muthalib kepada cucu tercinta sangat tepat, cocok, dan fenomenal.
Dikisahkan dalam buku tersebut, ketika banyak orang Quraisy yang bertanya kepada Abdul Muthalib mengapa ia memberi nama cucunya Muhammad, ia menjawab "Agar cucuku menjadi orang terpuji di langit di sisi Tuhan, dan terpuji di kalangan manusia di bumi."
Sementara itu, masih dalam buku yang sama menjelaskan bahwa kaum orientalis Barat generasi awal seperti Ignaz Goldziher, Theodor Noldeke, dan G. Well yang dengan maksud tendensius mengatakan bahwa nama asli Nabi Muhammad SAW bukanlah "Muhammad" melainkan Qusam atau Qutsamah.
Namun, pendapat ini tidak dibenarkan oleh para ulama. Sebab, riwayatnya palsu dan tidak jelas, sebagaimana dikatakan dalam buku an-Nabiy Muhammad, Insaniyah al-Insan wa Nabiy al-Anbiya karya Abdul Karim al-Khathib dan diterjemahkan oleh Jamaluddin.
Dalam jurnal berjudul Kajian Morofologis Nama-Nama Nabi Muhammad dalam Al-Qur'an karya Nabilatul Ulya juga menjelaskan mengenai nama-nama lain dari Nabi Muhammad SAW. Dijelaskan bahwa sosok nabi Muhammad SAW dinyatakan dalam sejumlah sebutan. Paling tidak, ada lima sebutan sosok Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur'an, yaitu Ahmad, Muhammad, Rasul, Nabi, dan Basyar (manusia biasa).
Masing-masing sebutan tersebut mempunyai karakteristik yang dapat membedakan antara sebutan satu dengan sebutan lainnya. Meski demikian, harus diakui juga bahwa masing-masing antara sebutan tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dari lainnya, karena kelima sebutan tersebut tetap bermuara pada satu objek, yakni sosok Muhammad SAW.
Nama lain Nabi Muhammad SAW tersebut turut dijelaskan dalam sejumlah hadits. Salah satunya dari Jubair bin Muth'im RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sungguh aku mempunyai beberapa nama. Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah Al-Mahi (yang menghapus) yang denganku Allah menghapus kekafiran, aku adalah Al-Hasyir (yang mengumpulkan), yang manusia dikumpulkan pada qodam-ku (masa kenabianku), aku adalah Al-'Aqib (yang paling belakangan) yang tidak ada kerasulan sesudah itu." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, dalam riwayat yang berasal dari Abu Musa Al-Asy'ari RA ia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW memperkenalkan dirinya pada kami dengan beberapa nama. Beliau berkata:
"Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al-Muqaffi (mengikuti nabi sebelumnya), Al-Hasyir (yang mengumpulkan), Nabiyyut taubah, dan Nabiyyur Rahmah." (HR Muslim)
Banyak para ulama yang berbeda pendapat mengenai jumlah nama-nama Nabi Muhammad SAW, Ibnu Dihyah dalam kitab karangannya, berkata: Sebagian ulama berpendapat bahwa, jumlah nama-nama Nabi SAW itu sama seperti jumlah asmaul husna.
'Athif Qosim Amin al-Maliji dalam kitabnya, Asma' Nabi Fii al-Qur'an wa as-Sunnah‛, memaparkan nama-nama nabi itu adalah Muhammad, Ahmad, 'Abdullah, al-Ummi, ar-Rahiim, al-Basyir, asy-Syaahid/asy- Syahiid, an-Nadzir, ad-Da'i ila Allah, al-Muballigh, al-Hanif, al-Mahi, Rasul al-Malahim, al-Hasyir, Nabi at-Taubah, an-Nur, as-Sirojul Munir, al-Musthofa, al-Mudatstsir, al-Muzammil, ath-Thahir, al-Muthahar, al-Muthahir, al-Mutawakkal, al-Amin, ash-Shadiq, Thaha, al-Jami', al-Wali, al-Fatih, al-Hadi, Shohibul Kautsar.